Daerah

Warga Relakan Rumah Dibongkar Demi Cegah Banjir, Saat Bupati Tolitoli Pimpin Langsung Rakor.

3
×

Warga Relakan Rumah Dibongkar Demi Cegah Banjir, Saat Bupati Tolitoli Pimpin Langsung Rakor.

Sebarkan artikel ini
Tinjauan Lapangan, Tampak Bupati, Kapolres, Dandim serta Danlal saat meninjau langsung dan melakukan audensi dengan warga pemilik bangunan bermasalah

TOLITOLI, Suluh Merdeka – Di bawah terik matahari Jum’at pagi hingga siang yang menyengat, Bupati Tolitoli, Hi.Amran Hi.Yahya, tampak menyusuri bantaran Sungai Lembe Kelurahan Baru dengan langkah pelan namun mantap. Tanpa alas kaki yang mewah, hanya mengenakan sandal jepit, ia menapaki jalan sempit yang becek dan penuh rintangan.

Bersamanya menyusuri sungai, tampak Kapolres Tolitoli, AKBP. Wayan Wayracana Aryawan, Dandim 1305/BT Letkol Inf Aryanto Rolando, Danlanal Letkol Laut (P) Joko Arianto, serta Kepala BPBD Ir.Abdullah Haruna. Mereka mengikuti langkah sang bupati, berjalan menyusuri tepi sungai yang menjadi sumber utama persoalan banjir di jantung kota Tolitoli.

Hari itu, tim Forkompimda tersebut tidak sekadar meninjau. Mereka ingin melihat langsung apa yang sebenarnya terjadi di lapangan, bagaimana air Sungai Lembe bisa meluap setiap kali hujan turun, merendam pemukiman warga, perkantoran dan bahkan sebagian area RSUD Mokopido.

“Kita tidak bisa hanya menerima laporan di atas meja. Saya ingin lihat sendiri kondisi sungainya, agar penanganannya tepat,” ucap Bupati Amran di sela peninjauan, sambil mengusap keringat di dahi.

Perjalanan itu tidak mudah. Bupati dan rombongan harus melewati celah sempit di antara rumah-rumah warga, melompati parit kecil, hingga berjalan di atas tanah licin di sepanjang tepian sungai. Sesekali ia berhenti, menatap aliran air yang terhambat oleh bangunan yang berdiri terlalu dekat dengan bibir sungai.

Pada sejumlah titik, tim ini menemukan rumah yang berdiri persis di atas aliran air. Bangunan itu telah menjadi salah satu penyebab utama tersumbatnya arus sungai ketika debit air meningkat.

“ Bangunan seperti ini adalah salah satu yang membuat air tidak bisa mengalir lancar. Nanti akan kita bicarakan dengan pemiliknya agar ada solusi terbaik,” ujarnya dengan nada hati-hati.

Selain bangunan liar, Bupati juga menemukan adanya pendangkalan cukup parah di beberapa titik aliran Sungai Lembe. Endapan lumpur dan sampah yang menumpuk membuat sungai kehilangan kedalamannya, menyebabkan air mudah meluap saat hujan deras.

“Kondisi ini tidak bisa dibiarkan. Sungai harus segera dikeruk agar alirannya kembali normal,” tegasnya.

Usai meninjau seluruh jalur sungai, selepas sholat Jum’at, Bupati langsung langsung menuju aula kantor Kelurahan Baru guna menggelar rapat bersama warga. Dalam pertemuan itu, Bupati Amran menjelaskan hasil temuan di lapangan dan meminta kesediaan warga untuk ikut berpartisipasi dalam proses penanganan, termasuk pembongkaran beberapa bangunan yang menghambat aliran air.

Rapat Koordinasi, tampak Bupati Tolitoli, didampingi Asisten I,Kepala BPBD, Kadis PUPR, saat menggelar pertemuan dengan masyarakat di kantor Kelurahan Baru.

Tampak dikantor tersebut puluhan warga bantaran Sungai Lembe datang dengan harapan yang sama, agar rumah mereka tak lagi digenangi air setiap kali hujan turun. Di antara mereka, tampak Bupati Tolitoli, Amran Hi Yahya, duduk berdiskusi serius bersama Asisten I, Moh Zikron, kepala BPBD Ir.Abdullah Haruna, Kadis PUPR Zulkarnain dan beberapa pejabat lainnya.

Hari itu, Jumat (31/10), bukan sekadar pertemuan biasa. Rapat koordinasi ini menjadi langkah awal untuk memulihkan salah satu nadi air di jantung kota, sungai Lembe, yang selama bertahun-tahun menjadi penyebab utama banjir di kawasan perkotaan Tolitoli dan sekitarnya.

“Setiap hujan deras, air dari sungai ini meluap dan membanjiri pemukiman serta rumah sakit. Salah satu penyebabnya karena pendangkalan sungai yang sudah cukup parah,” ujar Bupati Amran membuka pembahasan.

Nada suaranya tegas, tapi sarat empati. Ia paham, masalah banjir bukan sekadar urusan teknis, melainkan menyangkut kehidupan banyak keluarga. Karena itu, meski pengerukan sungai merupakan kewenangan pemerintah daerah, Bupati memilih untuk membicarakannya langsung dengan warga terdampak.

“Pemerintah tidak ingin mengambil keputusan sepihak. Kita ingin duduk bersama, mencari solusi terbaik, dan memastikan semuanya berjalan dengan kesepakatan,” tegasnya dalam rapat tersebut.

Keputusan itu berbuah haru. Dari hasil musyawarah, sebanyak 50 warga sepakat merelakan sebagian rumah mereka dibongkar. Bukan karena terpaksa, tetapi demi membuka jalan bagi alat berat yang akan digunakan untuk mengeruk Sungai Lembe.

“Kalau itu demi kebaikan bersama, kami ikhlas, Pak,” ucap seorang warga dengan suara lirih, disambut anggukan setuju dari peserta rapat lainnya.

Pada momen itu, Bupati tak bisa menyembunyikan rasa harunya. Ia menilai kesediaan masyarakat tersebut sebagai bentuk nyata dari semangat gotong royong dan kepedulian terhadap lingkungan.

“Alhamdulillah, masyarakat sangat kooperatif. Mereka setuju rumahnya dibongkar agar alat berat bisa masuk. Ini bentuk dukungan luar biasa terhadap program penanggulangan banjir,” ujarnya dengan nada bangga.

Rencananya, pengerukan Sungai Lembe akan dimulai pada Sabtu (1 November 2025). Proyek ini akan dilakukan secara bertahap dari hulu hingga hilir, dengan harapan aliran air kembali lancar dan ancaman banjir di kota Tolitoli bisa ditekan.

Namun bagi Bupati Amran, pengerukan bukan sekadar pekerjaan fisik. Ia melihatnya sebagai momentum kebersamaan, antara pemerintah dan masyarakat, untuk menjaga alam dan membangun ketahanan menghadapi bencana.

“Saya berharap ini menjadi contoh bahwa semua masalah bisa diselesaikan kalau pemerintah dan rakyat berjalan bersama,” katanya menutup pertemuan dengan senyum optimis.

Sore itu, ketika warga meninggalkan aula, semangat baru seolah tumbuh di hati mereka. Meski sebagian harus kehilangan sebagian rumah, mereka pulang dengan harapan besar: suatu hari nanti, Sungai Lembe akan kembali mengalir jernih – tanpa lagi membawa banjir, hanya membawa kehidupan bagi kota Tolitoli. (Rustam)