PALU,SULUHMERDEKA – Calon Gubernur Sulteng nomor urut 1 Ahmad Ali menjadi narasumber di acara Total Politik Uji Nyali di Sriti Convention Hall, Kota Palu, Sabtu 12 Oktober 2024. Uji Nyali merupakan forum dialog untuk menguji gagasan Ahmad Ali sebagai calon Gubernur Sulteng di Pilkada 2024.
Layaknya model kampanye ‘Desak Anies’ saat Pilpres 2024, Ahmad Ali diberi kesempatan menjawab pertanyaan peserta dari berbagai latar belakang dan usia.
“Silahkan bertanya, mengkritik dan menghina, asal jangan tersinggung. Ketika menjadi pejabat publik maka tidak ada lagi privasi. Masyarakat berhak mengetahui tentang diri saya,” ucap Ahmad Ali.
Persoalan pendidikan hingga konfik agraria menjadi isu yang mengemuka ketika pembawa acara Uji Nyali membuka sesi diskusi.
Widya, mahasiswi dari Universitas Tadulako (Untad) merasa miris dengan potret pendidikan di daerah-daerah pelosok Sulawesi Tengah. Ia menyaksikan tak sedikit para siswa di wilayah-wilayah terpencil harus belajar di ruang kelas yang kumuh dengan fasilitas yang sangat minim.
“Ada sejumlah sekolah yang saya kunjungi. Fasilitasnya sangat memprihatinkan dan kurang memadai, kursinya saja tidak layak. Jika Bapak menjadi gubernur, bagaimana Bapak memastikan agar para pelajar terpenuhi haknya untuk belajar dengan nyaman?” tanya Widya.
Menjawab pertanyaan tersebut, Ahmad Ali mengaku bahwa bangunan sekolah yang tak layak masih banyak dijumpai, bahkan tak hanya di daerah pelosok. Dalam pandangannya tentang dunia pendidikan, Ahmad Ali lebih menyoroti ketimpangan jumlah Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Kondisi ini kemudian diperparah dengan masih banyak sekolah tak layak sehingga mengganggu aktivitas belajar mengajar.
“Dari jumlah sekolah yang sangat terbatas, di dalamnya terdapat fasilitas yang sangat minim. Tidak sedikit anak-anak belajar dan menulis di lantai. Ini menjadi PR dan mengganggu batin saya. Ke depan saya ingin memastikan semua anak memiliki kesempatan bersekolah baik SD, SMP dan SMA, serta bisa belajar dengan nyaman,” tutur Ahmad Ali.
Selain masalah pendidikan, politisi kelahiran Morowali berusia 55 tahun itu dicecar soal konflik agraria.
Febriansyah, seorang pemuda mempertanyakan program asuransi pertanian yang diusung Ahmad Ali apabila memenangkan kontestasi Pilgub Sulteng 2024.
Ia menilai asuransi pertanian yang bertujuan untuk kesejahteraan petani akan menjadi harapan semu ketika lahan-lahan pertanian justru dicaplok karena tak mendapat pengakuan dari negara.
“Salah satu program Bapak fokus ke sektor pertanian, tetapi di sisi lain lahan-lahan petani ini dirampas. Belum lagi peraturan Bank Tanah yang justru mengintimidasi masyarakat di desa,” terang Febri.
Merespons persoalan tersebut, Ahmad Ali menegaskan tak ada ruang bagi Bank Tanah apabila masyarakat terutama petani di Sulteng belum mendapatkan hak atas tanah mereka.
“Banyak orang yang menanyakan tentang Bank Tanah ini. Jika saya gubernur, Bank Tanah boleh masuk di Sulawesi Tengah jika seluruh masyarakat mempunyai hak-hak atas tanahnya. Ini sikap saya, dan saya pertaruhkan jabatan saya untuk itu,” tegas Ahmad Ali.
Ahmad Ali menerangkan, keinginannya agar Sulteng menjadi penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN) tak mungkin terwujud jika petani malah terancam kehilangan tanahnya.
“Saya ingin petani menjadi tuan di atas tanahnya. Saya setuju dengan program food estate (lumbung pangan). Sulteng menjadi lumbung pangan tetapi dengan cara petani berdiri di atas lahannya sendiri. Produksi tidak dihasilkan lewat PT, tetapi melalui petani,” pungkasnya