Akhirnya, hari ini datang juga, hari terakhir mas Singgih, kami menyebutnya, untuk mengabdi panjang sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kota Palu.
Yah sedih rasanya, sebagai seorang yang telah dianggap sebagai kakak, mentor serta cum sahabat, akan mengakhiri pengabdian formalnya. Kami sendiri merasa beruntung sempat membersamai sekaligus belajar banyak hal dari beliau, baik yang sifatnya ranah teknis teknokratis maupun soft attitute, seperti ketenangan, kesabaran dan kejelian melihat celah problem solving. Dan ini adalah master beliau.
Kepergiannya dalam jajaran Pemerintah Kota Palu seperti hilangnya satu batu bata dalam komposisi tembok cita cita pemwujudan visi Kota Palu sebagai kota global, dan kekosongan batu bata itu, sayangnya sulit tergantikan, baik dari sisi kualitas maupun kepahaman.
Banyak rentetan kisah bersama beliau, dahulu, kami punya circle yang diniatkan untuk memperbincankan berbagai isu permasalah kota ini. Mulai dari teknis infrastruktur, sosial budaya sampai kemasyafakatan, cirvle itu kami sebut majelis reboan, sebab dilaksankaan setiap Rabu pagi secara rutin waktunya dari jam 8.00 sampai jam 9.00, hanya satu jam, setelah itu kita bubar dan kembali ke gempat aktifitas kita masing masing
Majelis reboan itu, angota tetapnya ada 5 orang, yaitu mendiang Rahmad Kawaroe (alm), sebagi kadis PU, Darma Gunawan sebagai kepala Bappeda, Singgih Prasetyo sebagai kepala dinas tata ruang, Ansyar Sutiadi sebagai asistem II. Dan kami sendiri, dibagian pembangjnan Setda Kota Palu, kadang anggotanya bertambah, sesuai permalasahan yang ingin dipecahkan.
Di antaranya Sudaryono Lamangkona, Yusrini dan banyak lainnya, Cukup lama majelis reboan ini bergulir, sampai satu persatu anggotanya telah meningalkan pemerintah kota, baik karena memasuki masa pensiun, pindah tugas, atau meningal dunia.
Seperti hari ini, salah satu anggotanya memasuki masa pensiun, pak Singgih B Prasetyo. Dia memasuki masa purna bakti. Pesanku jangan lama-lama istirahatnya. Sebab pemerintah kota tentu akan merindukan tangan dingin bapak untuk kembali terlibat dalam membenahi percepatan pencapaian visi Kota Palu, agar bisa bergerak lebih cepat, kemumpunian ilmu dan pengalaman bapak, sangat diharapkan.
Akhirnya untuk kami yang ditinggal, yah…akhirnya akan kembali berjalan dalam sunyi. Tapi saya percaya, bekal ilmu selama kita berinteraksi akan sangat membantu mengatasi permasalahan perkotaan ini dimasa depan.
Dahulu ada ilmuan hebat UGM, namanya Riswanda imawan, seorang intelektual yang jernih, sayang umurnya tidak panjang. Dia meningal diusia tergolong muda, masih sangat produktif. Setiap kali dia menyelesaikan tulisan atau materi ajarnya, ada satu kata yang jarang di tinggalkan, yatu eagle fly alone. Burung elang terbang sendiri, dan kayaknya setelah hari ini, apa yang dirasakan Riswanda, kayaknya pun akan kurasakan juga, jalan sunyi dengan mendendangkan lagu bisu….wallahu alam**