Daerah

Air Mata di Kota Tolitoli, Banjir Besar Sejak 2017, Kembali Menenggelamkan Harapan Warga.

10
×

Air Mata di Kota Tolitoli, Banjir Besar Sejak 2017, Kembali Menenggelamkan Harapan Warga.

Sebarkan artikel ini
Genangan Banjir Tuweley, tampak kondisi luapan banjir yang menggenangi seluruh wilayah Jalan Anoa, yang melumpuhkan aktifitas warga

TOLITOLI, Suluh Merdeka — Hujan deras yang mengguyur sejak Minggu sore (26/10) sekitar pukul 15.30 Wita, kembali mengubah wajah kota Tolitoli menjadi lautan air. Baru dua hari berselang setelah banjir besar pada Jumat (24/10), air bah kali ini datang lebih deras, lebih tinggi, dan lebih menyayat hati.

Wilayah yang sebelumnya aman kini ikut terendam. Jalan Anoa, Kelurahan Tuweley, Jalan Magamu, sekitar Lapangan Hi Hayyun, RA Kartini, hingga Syarif Mansyur, semua digenangi air mulai setinggi paha hingga dada orang dewasa. Di beberapa titik, rumah-rumah bahkan terendam hingga atap. Warga hanya bisa pasrah menyaksikan perabotan mereka mengapung di ruang tamu.

“Banjir kali ini yang terbesar setelah tahun 2017. Kami terpaksa bekerja ekstra menyelamatkan barang-barang berharga. Hanya bisa berharap air cepat surut,” tutur Wilson, warga Jalan Magamu, sambil mengusap keringat diwajahnya yang bercampur air hujan.

Di kawasan Jalan Anoa, arus air mengganas. Sejumlah rumah di bantaran sungai tenggelam seluruhnya. Warga hanya sempat mengamankan barang elektronik sebelum akhirnya pasrah membiarkan kursi, lemari, dan tempattidur terendam lumpur.

“Kami sudah terbiasa. Barang yang bisa diselamatkan hanya yang kecil-kecil. Selebihnya biarla, mau dibawa ke mana?” ucap Zulfikar, warga lainnya, dengan nada lelah yang tak bisa disembunyikan.

Evakuasi warga, tampak tim BPBD Tolitoli, terlihat sibuk melakukan penyelamatan warga jalan Anoa yang terjebak banjir

Tim BPBD Tolitoli terlihat sibuk di tengah derasnya hujan dan arus. Dengan perahu karet, mereka mengevakuasi warga dari rumah yang terendam, menjemput lansia, anak kecil, bahkan warga yang sedang sakit untuk dibawa ke tempat aman atau rumah sakit terdekat.

“Begitu cepat naiknya air, kami harus bergerak cepat sebelum makin tinggi,” ujar salah satu petugas BPBD di lokasi evakuasi.

Sekitar pukul 17.30 Wita, genangan mulai perlahan surut. Marka jalan di kawasan Veteran, Magamu, Sultan Hasanuddin, dan RA Kartini mulai tampak kembali. Namun, selepas Magrib, pemandangan berubah, warga sibuk berjibaku membersihkan lumpur dan sampah yang menumpuk di rumah, halaman hingga bahu jalan depan rumah mereka. Lampu-lampu penerangan seadanya menerangi aktivitas extra paska banjir.

Kepala BPBD Tolitoli, Ir. Abdullah Haruna, S.Pt, menjelaskan bahwa banjir kali ini dipicu oleh meluapnya Sungai Tuweley dan Sungai Kabelang di sekitar Jalan Samratulangi. Kondisi semakin parah karena bersamaan dengan air laut yang sedang pasang.

“Begitu hujan deras turun, air laut kebetulan pasang. Hanya berselang satu jam, genangan langsung tinggi,” jelas Abdullah.

Menurutnya, banjir terparah kali ini terjadi di Kelurahan Tuweley dan Panasakan, serta sebagian Sidoarjo dan Baru. Sementara kawasan sekitar Sungai Lembe yang sebelumnya terdampak parah pada Jumat lalu, kini relatif aman, termasuk area Rumah Sakit Mokopido yang dua hari lalu tergenang banjir hingga kesejumlah ruang pasien rawat inap.

“Setelah air benar-benar surut, kami akan melakukan asesmen terhadap rumah warga yang rusak. Saat ini fokus kami adalah penyaluran bantuan taktis, terutama sembako dan kebutuhan mendesak,” tambah Abdullah.

Paska banjir. Tampak warga dijalan Veteran sibuk membersihkan material sisa banjir, sesaat setelah banjir benar-benar surut

Malam itu, usai waktu sholat magrib, di antara rumah-rumah terdampak banjir, terlihat warga disejumlah kawasan  yang hanya diterangi lampu seadanya, saling membantu membersihkan rumah, halaman hingga bahu jalan. Ada yang menimba air, ada yang menenangkan anak kecil yang menangis, ada pula yang duduk terdiam di depan rumahnya, menatap genangan yang perlahan menghilang namun masih menyisakan rasa sedih.

Tolitoli kembali diuji. Namun di tengah derasnya arus dan lumpur yang menutup jalan, ada hal yang tetap bertahan, semangat dan kebersamaan warganya. Mereka tahu, esok pagi mungkin masih basah, tapi harapan tak boleh tenggelam.(Rustam)