PALU,SULUHMERDEKA – Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Donggala dr Syahriar berpendapat program bank gizi belum terlalu efektif untuk menjadi program penanganan stunting. Program ini mejadi salahsatu program pada dinas kesehtan yang dibentuk sebelum ia menjabat sebagai kepala dinas.
Demikian dr Syahriar dalam kegiatan orientasi integrasi pelayanan kesehatan primer bagi tenaga kesehatan Puskesmas tahun 2024 yang diselenggarakan Dinkes Sulteng, Selasa 19 Maret 2024 di Hotel Jaz Palu.
Menututnya tim pada program bank gizi kurang selektif mengidentifikasi gejala stunting. Intervensi yang diberikan kepada terduga stunting terkadang salah identifikasi sehingga berdampak pada gangguan kesehatan lainnya.
Dia menjelaskan pada tahun 2019 ke tahun 2021, kasus stunting di Donggala mengalami kenaikan. Saat itulah program bank gizi digulirkan. Namun Syahriar menilai program tersebut tidak menyelesaikan seluruh persoalan karena stunting tidak selamanya karena kerawanan gizi.
“Pada bank gizi itu tim harus selektif. Saat ini bank gizi tidak menyelesaikan seluruh persoalan karena bukan karena kerawanan gizi sehingga menimbulkan stunting. Terkadang kita intervensi dengan gizi, akhirnya anak bisa over weigt dan pada akhirnya plus 3 standar deviasi menjadi obesitas,”jelas Syahriar.
Kegiatan tersebut diikuti perwakilan Puskesmas dari seluruh kabupaten dan kota di Sulteng (NRF)