Daerah

Detik-Detik Haru Sarva Wulandari Membawa Baki Bendera Pusaka di Tolitoli

2
×

Detik-Detik Haru Sarva Wulandari Membawa Baki Bendera Pusaka di Tolitoli

Sebarkan artikel ini
Oplus_131072

TOLITOLI, Suluh Merdeka – Langkah-langkah kecil namun pasti terdengar tegas di tengah lapangan upacara. Ribuan mata tertuju pada sosok remaja berseragam putih-putih, yang berjalan dengan kepala tegak dan tatapan lurus ke depan. Dialah Sarva Wulandari, putri asal Kecamatan Dakopemean yang dipercaya membawa baki bendera pusaka pada Upacara HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia tingkat Kabupaten Tolitoli, Minggu (17/8/2025).

Suasana lapangan seketika hening. Hanya suara derap langkah Paskibraka yang memecah keheningan, berpadu dengan detak jantung yang kian terasa. Sarva, yang baru berusia 15 tahun, tampil mantap meski dalam dirinya sempat terselip rasa gugup. “Saya sempat gemetar, apalagi ketika melihat begitu banyak orang menatap. Tapi saya ingat doa orang tua dan latihan setiap hari. Itu yang membuat saya berani,” ungkapnya kemudian.

Bagi Sarva, tugas itu bukan sekadar amanah, tetapi juga sebuah kebanggaan yang tak ternilai. Putri bungsu pasangan Arianto Ambo Masse dan Masharti Abd Halaq ini lahir di Lampasio, 14 November 2009. Sehari-hari, ia adalah siswi SMK Negeri 1 Dakopemean yang dikenal sederhana dan rajin. Namun di hari kemerdekaan itu, Sarva menjelma menjadi simbol keanggunan dan keteguhan generasi muda Tolitoli.

Tangis haru pecah dari deretan tamu undangan. Ibunda Sarva, Masharti, terlihat mengusap air mata ketika putrinya berdiri gagah di hadapan Inspektur Upacara sambil mengangkat baki. “Alhamdulillah… bangga rasanya melihat anak saya dipercaya membawa baki bendera. Itu momen yang tidak akan kami lupakan seumur hidup,” ucap Masharti dengan suara bergetar.

Momen ini juga membawa kebanggaan tersendiri bagi warga Kecamatan Dakopemean. Sudah bertahun-tahun tak ada lagi putri dari daerah itu yang mendapat kehormatan serupa. Kehadiran Sarva di panggung utama seolah menjadi penegasan bahwa semangat perjuangan tak mengenal tempat maupun batas.

Guru-gurunya pun tak heran melihat keberhasilan Sarva. Seorang pendidik di SMK Negeri 1 Dakopemean menyebutnya sebagai siswi yang disiplin dan konsisten. “Sarva memang selalu serius kalau diberi tanggung jawab. Sikapnya yang tenang itulah yang membuatnya pantas mendapat kepercayaan ini,” ujarnya.

Bawa baki, tampak Sarva usai menyerahkan bendera, pada detik – detik pengibaran sang saka merah putih akan dikibarkan dilapangan Hi Hayyun Minggu 17 Agustus 2025

Di akhir upacara, saat bendera Merah Putih sudah berkibar gagah di langit Tolitoli, Sarva menghela napas lega. Beban berat yang dipikulnya telah terbayar dengan sukses. “Saya persembahkan momen ini untuk orang tua, sekolah, dan daerah saya. Semoga suatu saat nanti saya bisa terus berbuat lebih banyak untuk Indonesia,” katanya dengan senyum penuh harapan.

Hari itu, nama Sarva Wulandari tercatat dalam sejarah kecil Tolitoli. Bukan hanya sebagai pembawa baki bendera, tetapi juga sebagai simbol keberanian, dedikasi, dan semangat generasi muda yang siap mengisi kemerdekaan. (Rendra)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *